Kembalilah

Hanya kronika yang ditautkan

Memang sekarang dia kelihatan seperti orang "menang". Tingkahnya tak ubahnya seperti bos, tunjuk sana tunjuk sini bahkan tunjuk hidungku juga, gumamku dalam geram terpendam. Ya aku punya atasanlah sebut saja begitu, setiap hari kerjaanya ngomel, entah apa yang ada di benak "beliau" tersebut. Memang bener bener mau mendongkrak prestasi kerja semua orang disini yang telah loyo seperti cucian yang udah diperas dan siap di jemur alias sudah menyerah pasrah ini atau memang gatal mulutnya bila diam satu detik saja dalam sehari. Mungkin atasan ku itu kalau diam sedetik mungkin dia seperti menahan rokok ya, wah aku lebih bingung lagi.

Kawanku ada yang nyeletuk sok bijaksana, katanya " ya itu namanya pimpinan !" jelas kawanku dengan gaya sok bijaksana, dalam hati aku berpikir kok masih ada orang yang setolol itu ya, jelas-jelas diomelin ngalor ngidul gak karuan tapi masih loyal ama bos yang nota benenya gak bener itu. "wah entahlah" ,

Aku tiba-tiba tersedak ingatan dan berpikir dalam, "Masa aku mau mempertuhankan atasanku artinya apa omelan dia aku jalani, apa nasihat dia aku jalani, apa yang dia suruh aku jalani", aku diam dan bertanya "mengapa?", Oh aku ingat ternyata omelan si bos itu ada hubungannya dengan susu anak aku dan ada hubungannya juga dengan kompor dapur yang terus ngebul itu.

Waduh ternyata yang menjadi tuhan atau yang dipertuhankan semua orang adalah "duit" yang diperoleh dari si bos dikantorku dan diterima oleh setiap orang dikantorku setiap tanggal muda itu.

Ya ya ya.... intinya adalah duit, aku duduk sendiri di sudut mushola dikantorku yang kebetulan juga letaknya disudut. Ada suatu kesimpulan dengan kejadian tersebut yaitu duit dipertuhankan oleh semua orang di kantorku, mengapa "dengan duit itu mereka jarang datang kesini" telunjukku secara reflek menunjuk ke arah mihrab mushola. karena apa karena sibuk kerja, kerja yang bermula dari instruksi atau omelan si bos dan tak berhenti-berhenti karena si bos pun terus ngomel.

Naudzubillah mindzalik aku pun ternyata telah berkubang di dunia atau di kubangan yang sama yaitu mempertuhankan duit secara tidak sadar dan sadar-sadar hari ini.

"Jangan menangis nak sadarlah dan ambil wudhumu, segeralah jawab panggilan-Nya", tanpa sadar ternyata aku menangis menyesal dan dikejutkan oleh ajakan dari orang yang ternyata tidak ada wujudnya.

free counters
 
Template design by Amanda @ Blogger Buster